Akhlaq

Tidak Marah Malah Berdosa ?

Tidak Marah Malah Berdosa ? bukan kah yang membuat berdosa itu saat kita melampiaskan kemarahan kita? Lantas apa yang membuat berdosa seandainya kita marah? Simak penjelasan berikut :

Saling mencinta antara suami dan istri tentu hal yang lumrah. Meski faktanya tiap orang memiliki interpretasi yang beragam mengenai makna cinta. Ada yang merasa telah mencintai bila segala keinginan istri dan keluarganya terpenuhi. Ada yang merasa telah menyayangi bila suami memberi ruang gerak sebebas-bebasnya kepada istri. Ada pula yang memaknai cinta adalah bila pasangan selalu bersama dalam kondisi suka maupun duka.

Semua interpertasi diatas tentu tidaklah keliru, hanya butuh disempurnakan. Patutkah seseorang disebut cinta bila ia membiarkan orang yang dicintai menderita? Patutkah disebut cinta bila seseorang membiarkan orang yang dicintai menempuh jalan, jalan menuju kepada kebinasaan? Atau tegasnya, patutkah seseorang disebut cinta bila ia membiarkan orang yang dicintainya melenggang masuk neraka?

Makna cinta

            Syaikh Utasimin, beliau pernah mendifinisikan tentang ‘Bukti Cinta’ setelah mengutip Al Qur’an surat Al Ashr

 

Demi masa, maka sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan beramal sholih dan saling menasehati didalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran”) maka bukti cinta adalah menasehatinya kepada kebenaran.”

 

Lanjut Beliau : “Terkadang mudah bagi kita memberikan segala sesuatu yang kita cintai baik berupa harta, waktu, maupun perhatian kepada orang yang kita cintai. Akan tetapi ketika melihatnya melakukan kesalahan, kita diam saja, dengan alasan segan, takut marah, takut memutus hubungan atau takut menjauh. Kita merasa takut kehilangannya dengan membiarkannya jatuh di dalam kesalahan. Dan itu bukanlah bukti cinta yang hakiki.”

            Maka bila benar mencintainya karena Alloh, selayaknya memberi nasihat, dan yang dicintai kemudian menerima nasihatnya demikian pula sebaliknya.

Marah tanda cinta

Maka terkadang cemburu yang membakar amarah adalah tanda cinta, akhlak terpuji, dan tuntutan iman. Beliau bersabda (yang artinya) :

 

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala Pencemburu dan cemburunya Allah bila seseorang mendatangi apa yang Allah haramkan atasnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata :

 

“Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai sangsinya. Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda, “Apakah kalian takjub dengan cemburunya Sa’ad, sesungguhnya aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dari padaku”. (HR. al-Bukhari).

Begitulah Al-Ghiroh (cemburu) yang besar dalam diri para sahabat dan akhlak ini akan tetap berpengaruh pada diri orang-orang yang berpegang teguh dengan atsar salaf dan mengikuti jalan mereka. Sebaliknya, al-ghiroh sering hanya sekedar menjadi pengakuan di bibir saja, akan tetapi perbuatannya menyelisihinya. Mereka mengaku memiliki rasa cemburu, namun membiarkan istri dan anak-anak perempuannya keluar rumah dengan menampakkan aurat dan memamerkan lekuk-lekuk tubuh, kemudian menjadi tontonan gratis para lelaki jalanan.

Dayuts

            Cemburu dan marah kadang merupakan tuntutan iman, bahkan ketiadaannya adalah dosa dan pelanggaran. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam dalam sabdanya :

 

Tiga gologan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan dayuts.” (HR. Nasa’i).

            Renungilah hadist diatas, ancaman yang sangat berat “la yadhulunal jannah” (tidak akan masuk surga). Apa itu dayuts?

Orang sedang menampakkan kemarahanMenurut Ad Dzahabi, dayuts yaitu: seorang suami yang menganggap baik (menyepakati) kejahatan (prilaku buruk) istri (tidak cemburu dengan perbuatannya). Atau Ad-dayyuts adalah seorang suami atau ayah yang membiarkan kemaksiatan terjadi dalam keluarganya. Yaitu ketika dia melihat kemungkaran oleh anggota keluarganya, dia hanya diam saja dan tidak merubahnya. Karena tiadanya rasa cemburu, akhirnya nampaklah perbuatan-perbuatan yang mengotori rasa malu dan melemahkan muru’ah (wibawa) sebagaimana perbuatan wanita-wanita jahil zaman sekarang

            Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya, Al Kabair (kumpulan dosa-dosa besar) menempatkan perilaku diyatsah/dayyuts dalam urutan dosa besar ketiga puluh empat.

Dayyuts Adalah Dosa Besar

Hal ini nampak, bila mengingat suami dibebani kewajiban menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, sebagaimana firman-Nya:

 

“Wahai orang-orang yang beriman Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . . .” (QS. At-Tahrim : 6).

Berpaling dari sesuatu yang diperintahkan adalah bentuk kemaksiyatan.

Di dalam ayat yang lain Alloh Ta’ala-pun berfirman:

 

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS An Nisa : 34)

Dan semua itu kelak akan dihisab dan dimintai pertanggungjawwabanya sebagaimana sabda Beliau sholallohu alaihi wasalam:

 

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. (HR Bukhari & Muslim)

Di dalam Sunan Nasa’i 2515 (Hadist Hasan Shahih), Belia bersabda:

 

Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak yang durhaka kepada orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayyuts, yaitu seorang yang merelakan keluarganya berbuat kekejian”

Di dalam Musnad Ahmad juga disebutkan:

 

“Ada tiga golongan yang tidak masuk surga dan Allah tidak melihat mereka kelak pada hari kiamat yaitu, seorang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, seorang wanita yang menyerupai laki-laki dan Dayyuts”.

Perkara Yang Wajib Dicemburui Suami:

Seorang suami/ayah mesti cemburu bila istri atau anggota keluarganya mendekati zina. Bukankah Alloh Ta’ala berfirman:

 

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’: 32).

Dan termasuk mendekati zina adalah bila istri berkholwat dengan lelaki yang bukan makhromnya, ikhtilat (bercampur bawur) dengan lelaki-lelaki lain, atau membiarkan anak-anaknya berpacaran. Seorang suami mestinya cemburu dan marah bila hal ini terjadi.

Seorang suami/ayah mesti cemburu, bila istri ber-tabarruj (memamerkan kecantikan tubuhnya kepada laki-laki lain) berdandan berlebihan, dan menampakan aurat dan lekuk tubuhnya dihadapan laki-laki lain. Karena Alloh Ta’ala berfirman:

 

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS Al Ahzab: 33)

Seorang suami/ayah mesti cemburu, bila istri berpenampilan menyerupai laki-laki karena Beliau sholallohu alaihi wasalam bersabda:

 

Ada tiga golongan yang tidak masuk surga dan Allah tidak melihat mereka kelak pada hari kiamat yaitu, seorang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, seorang wanita yang menyerupai laki-laki dan Dayyuts”. (Musnad Ahmad)

Seorang suami/ayah mesti juga cemburu, bila istri safar tanpa mahrom, karena Beliau sholallohu ‘alaihi wasalam Bersabda:

 

Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk mengadakan perjalanan sejauh sehari perjalanan kecuali disertai mahramnya.” (Shahih Muslim)

Penutup

Marah adalah biang berbagai keburukan, tetapi ada saatnya cemburu, marah adalah tuntutan iman yaitu tatkala larangan-larangan Allloh diterjang dan dilanggar. Semoga Alloh Ta’ala menguatkan diri kita dan keluarga kita untuk istiqomah di atas dien-Nya.. aamiin.. (Ujun)

 

Tags

Balai Dakwah Banjarnegara

Pimpinan Balai Dakwah Banjarnegara dan Redaksi Majalah Al Qomar

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
Close
Close